JAKARTA - Thailand kembali berduka atas meninggalnya sosok yang menjadi simbol keanggunan dan keteguhan monarki modern. Sirikit Kitiyakara, mantan Ratu sekaligus Ibu Suri Thailand, meninggal dunia pada usia 93 tahun. Biro Rumah Tangga Kerajaan Thailand mengonfirmasi kabar ini.
Sirikit sudah lama absen dari kehidupan publik akibat stroke yang dideritanya sejak 2012. Kelahirannya pada 1932 menandai era penting bagi Thailand, saat negara tersebut bertransformasi dari monarki absolut menuju monarki konstitusional.
Masa Muda dan Pertemuan dengan Bhumibol
Sirikit Kitiyakara lahir sebagai putri duta besar Thailand untuk Prancis. Semasa remaja, ia belajar musik dan bahasa di Paris. Di kota itu pula ia bertemu dengan Raja Bhumibol Adulyadej, yang masa kecilnya sebagian besar dihabiskan di Swiss.
“Ini adalah kebencian pada pandangan pertama,” kenang Sirikit dalam film dokumenter BBC. “Lalu itu adalah cinta,” tambahnya. Keduanya bertunangan pada 1949 dan menikah setahun kemudian, saat Sirikit baru berusia 17 tahun. Pernikahan ini menandai awal perjalanan Sirikit sebagai pendamping Raja Bhumibol selama lebih dari tujuh dekade.
Keanggunan yang Memikat Dunia
Sirikit dikenal karena keanggunan dan selera modenya yang kerap mencuri perhatian, baik di dalam negeri maupun di kancah internasional. Salah satu momen ikonik terjadi saat kunjungannya ke Amerika Serikat pada 1960, di mana ia menghadiri jamuan makan malam kenegaraan di Gedung Putih. Majalah Time mencatat penampilannya sebagai “langsing” dan “feminis sejati.”
Keanggunan Sirikit tidak sekadar penampilan. Ia juga aktif berkolaborasi dengan desainer Prancis terkenal, Pierre Balmain, untuk menciptakan busana berbahan sutra khas Thailand. Kontribusinya memperkuat citra Thailand di mata dunia sekaligus membantu melestarikan seni tenun tradisional dalam negeri.
Pelestarian Budaya dan Sutra Thailand
Harian Prancis L'Aurore menggambarkan penampilan Sirikit sebagai “menawan,” namun perannya tidak hanya sebatas itu. Ia turut merevitalisasi industri sutra Thailand dan melestarikan teknik tenun tradisional yang mulai tersisih oleh modernisasi.
Dalam lebih dari empat dekade pendampingannya terhadap Raja Bhumibol, Sirikit kerap mengunjungi desa-desa terpencil. Kunjungan-kunjungan ini menekankan kepeduliannya terhadap kesejahteraan masyarakat, sekaligus menampilkan monarki yang dekat dengan rakyat.
Dari Putri Muda hingga Ratu Modern Thailand
Sirikit juga aktif mempromosikan proyek pembangunan bagi warga miskin pedesaan. Kegiatan-kegiatan sosial ini disiarkan setiap malam melalui Royal Bulletin Thailand, memperkuat citranya sebagai sosok yang welas asih dan dekat dengan rakyat.
Perjalanan hidup Sirikit Kitiyakara menapaki lintasan perubahan sosial, budaya, dan politik Thailand. Dari putri muda di Paris hingga menjadi Ratu yang membentuk monarki modern, ia meninggalkan warisan yang bertahan hingga generasi sekarang. Ibu dari Raja Thailand saat ini, Maha Vajiralongkorn, ini menjadi simbol kontinuitas dan stabilitas monarki di negeri gajah putih itu.
Warisan yang Abadi
Kepergian Sirikit Kitiyakara meninggalkan duka mendalam bagi bangsa Thailand. Selain pengaruhnya dalam mode dan budaya, dedikasinya pada rakyat miskin serta pelestarian budaya tradisional Thailand menjadi bagian penting dari warisan yang ia tinggalkan.
Lebih dari sekadar Ratu dan Ibu Suri, Sirikit adalah figur yang mewakili keanggunan, kepedulian sosial, dan kemajuan budaya Thailand. Dari Paris hingga Bangkok, jejak hidupnya membentuk narasi sejarah monarki modern Thailand, yang akan terus dikenang oleh rakyatnya.